Layangan

Layangan / layang-layang 

Layangan dalam bahasa bugis biasanya disebut dengan "fasajang, pasajang, teda-teda, lambaru". Layangan dikatakan fasajang/pasajang ataupun teda-teda ketika ukurannya kecil atau standar, tetapi jika ukurannya besar barulah ia disebut sebagai lambaru (biasanya juga dilengkapi dengan hiasan yang berwarna-warni serta bunyi-bunyian/ pitu-pitu).

{silahkan diluruskan ketika salah yah heheh}

Apabila musim kemarau tiba, maka seluruh anak anak di kampung asyik bermain layangan. Dikarenakan, angin yang berhembus lebih kencang dibandingkan saat musim hujan. Anak-anak biasanya menerbangkan layangan di tanah lapang maupun di sekitar area persawahan. Bahkan tak jarang pun kita jumpai orang dewasa yang senang menerbangkan layangan. 

Kerangka layangan terbuat dari belah bambu yang tipis kemudian diikat menggunakan benang lalu dibungkus dengan kertas/plastik. Bagi yang tidak tau membuat Layangan, ia lebih memilih untuk membeli karena dinilai lebih praktis. Namun mereka yang belum punya layangan karena orang tua tidak mampu membelikan, maka hanya bertugas sebagai pembantu teman untuk menerbangkan layangan nya (saya lupa sebutannya dalam bahasa bugis), yah selain itu juga berperan sebagai tim hore hehehe. Oiya, satu-satunya harapan mereka untuk memiliki layangan adalah menunggu semoga ada layangan yang putus di kemudian hari. 

Sudah menjadi ketetapan bagi anak-anak pada waktu itu bahwa, setiap layangan putus berarti ia tidak bertuan dan boleh diperebutkan oleh siapapun yang berhasil menemukannya. Pokoknya siapa yang dapat, maka ia adalah pemiliknya. Walaupun yang punya layangan sesungguhnya adalah orang lain, tapi karena sudah putus, maka hak kepemilikan atas Layangan tersebut hilang. Tak peduli si pemilik asli masih mencari layangannya yang putus itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tidak Mudah Untuk Bersyukur

Klo Nda Tau Ki', BERTANYA KI' !

Perdana Naik Teman Bus Trans Mamminasata