Selamat Hari Ayah
Katanya setiap tanggal 12 November diperingati sebagai hari Ayah. Saya terkadang suka iri dengan mereka yang suka posting foto dengan ayah mereka. Sedang jalan-jalan, makan bareng, hangout bareng, dan tersenyum bareng ayah mereka. Tapi kali ini saya ingin bercerita tentang kepribadian ayah saya dalam memperingati hari ayah kali ini.
Etta.... Begitu panggilan yang kusematkan terhadap ayah saya. 8 bulan yang lalu Etta saya pergi untuk selama-lamanya dan menyisakan luka dan kehilangan bagi saya. Masih jelas kuingat rutinitas beliau yang membangunkan putra-putri nya untuk bangun sholat subuh, menanyakan pelajaran sekolah si bungsu bagaimana, membantu mengerjakan tugas anak-anaknya dan petuah-petuah lainnya.
Etta yang merupakan sosok laki-laki hebat dalam keluarga. Beliau menderita penyakit diabetes kurang lebih 6 tahun, kemudian harus kehilangan penglihatan nya setelah melakukan operasi pada matanya. Beliau juga sangat bertanggung jawab dalam pekerjaan, dibuktikan dengan keuletan dan keras kepalanya untuk tetap ke sekolah di tengah kondisi nya yang baru beberapa hari selesai melakukan operasi pada matanya. Hingga pada akhirnya beliau memutuskan untuk pensiun dini dari pekerjaan nya yang masih menjabat sebagai kepala sekolah di salah satu SD yang ada di kec. Marioriawa.
Bagi saya dan keluarga, Etta juga merupakan guru yang abadi. Mengapa saya mengatakan demikian ? Sebab, dalam kondisinya yang jelas-jelas sudah tidak bisa melihat lagi. Etta masih bisa membantu kami mengerjakan tugas terkhusus mata pelajaran matematika. Ia sangat jenius, ingatannya sangat tajam, nalarnya diluar rata-rata, dia guru teladan bagi keluarga, siswa, dan rekan mengajar nya. Saya bangga dengan beliau.
Etta tidak terlihat seperti orang yang sakit pada umumnya. Badannya segar bugar, masih suka pergi jalan-jalan, pergi reakreasi, keluar kulineran, dan memakan segala jenis makanan tanpa pantangan meskipun harus di suntik insulin dulu sebelum makan.
Semasa hidupnya, beliau merupakan teladan bagi keluarga bahkan masyarakat. Di tengah kondisinya yang sudah tidak bisa melihat, beliau tetap ke masjid untuk melakukan kewajiban nya. Tiap hari Jumat, saya dan adik saya secara bergantian untuk mengantar beliau, lalu menuntun nya sampai ke dalam masjid. Terkadang, ketika saya terlambat untuk menjemput beliau. Jama'ah masjid sendiri yang langsung mengantar beliau pulang ke rumah. Begitupun pada saat bulan ramadhan, tidak pernah ia alfa dalam sholat Sunnah tarawih dan subuh berjamaah.
Kemudian peristiwa yang paling membekas dalam ingatan saya terhadap Etta yakni, ketika ia menelpon saya yang pada saat itu sedang berada di Makassar. Beliau menelpon di sore hari pada waktu itu, menegaskan agar saya harus kembali menemuinya di Soppeng dan harus balik hari itu juga. Saya yang awalnya sempat menolak karena berencana untuk pulang keesokan harinya sebab masih ada urusan yang belum selesai. Tapi, karena mendengar perkataannya langsung dalam telepon yang sudah aneh-aneh maka saya memutuskan untuk balik sore itu juga. Ditengah perjalanan saya baru mengetahui kalau ternyata Etta ada di Rumah sakit yang ada di Pangkajene (untung saja pada waktu itu saya lewat Pare-Pare, otomatis bisa langsung singgah ketemu beliau). Pada saat itu saya juga sempat bercerita-cerita dengan Etta tanpa memiliki firasat kalau ia akan pergi selamanya.
Di malam hari sebelum ia meninggal, beliau masih sempat meminta untuk dibuatkan alarm untuk membangunkan ia sholat tahajjud seperti kebiasaan nya di rumah. Tak ada yang menyangka, malam itu merupakan hari terakhir saya dengan Etta. Andai saya tidak pulang pada saat beliau memanggil, mungkin saat ini saya belum bisa memaafkan diri saya.
.
.
Etta, terkadang masih ada sesak di dalam dada ketika saya rindu tapi sudah mustahil untuk bertemu. Kepergianta' mulai membuat saya mengerti bahwa rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan orang yang telah tiada. Namun, mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan hamba-Nya. Maaf kalau semasa hidupta' saya belum bisa buat banggaki'. Kini yang saya lakukan hanyalah mengirimkan untaian doa dan memohon kepada Tuhan untuk kebahagiaan ta' disana.
Ah, sudahi sedihmu.
Beliau akan bahagia ketika kau ikhlas, ridho, semangat dan selalu tersenyum.
Komentar
Posting Komentar